Sosok Terang Dalam Kegelapan
Di malam itu
angin mulai berhembus membelai kulitku dan rintik - rintik hujan mulai
mencercahkan kakinya di bumi. Mingkin tuhan mengerti apa yang sedang aku
rasakan, kesepian dan kesendirian. Tak ada seorangpun yang bisa mengerti, namun
hujan perlahan telah menghapus luka di hati dan akhirnya membuat diriku
terlelap dalam dekapan angin.
Inilah hidupku
yang selalu sunyi, sepi, sendiri tanpa ada seorangpun disisi. Aku tak bisa mengerti
apa yang terjadi yang telah membuatku seperti ini. Mungkin tuhan yang sedang
mengujiku atau tuhan yang telah benci terhadapku. Bagaikan burung yang berada
di dalam sangkar emas. Apalah arti sangkar emas itu jikalau di dalamnya hanya
sendiri dan terkurung tanpa bisa bernafas sedikitpun. Aku ingin terbang,
terbang tinggi dan seluas - luasnya mengelilingi dunia agar aku bisa merasakan
arti bernafas yang sebenarnya. Aku ingin merasakan sentuhan matahari tanpa
perantara dan merasakan belaian hujan yang terasa lembut di kulit.
Aku bertekad
untuk pergi dari rumah ini, aku sudah tidak peduli jika harus kehilangan semua
yang telah aku punya di rumah ini. Ada tidaknya aku tak akan jadi masalah
karena sudah tak ada lagi yang memperdulikanku, mereka semua memiliki
kepentingan sendiri tanpa memerdulikan hakikat manusia sebagai makhluk sosial
yang harusnya bisa hidup berdampingan dengan orang lain. Malam ini aku
menguatkan nyaliku untuk keluar sendirian untuk merasakan udara bebas, aku
memilih untuk hanya berjalan – jalan di taman dan setelah aku pikir kiranya aku
belum siap untuk keluar sendirian di malam seperti ini dan aku mengajak satu –
satunya teman dekatku Lisa.
“Keputusan
yang kamu ambil memang benar Ana, kamu tidak boleh hanya terkurung di dalam rumah saja”, kata Lisa setelah aku
bertemu denganya di taman.
“Tapi
apa yang harus aku lakukan Lisa?” tanyaku.
“Sudahlah
lupakan masalahmu Ana, aku ingin melihat temanku ini bahagia. Sekarang ayo ikut
aku!” ajaknya.
“Kita
mau kemana Lis? Kamu tidak akan membawaku ke tempat yang tidak – tidak kan?”
jawabku dengan tak yakin.
“Enggak
mungkinlah Ana aku seperti itu, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang sangat
ramai biar kamu nggak akan ngerasain kesepian lagi” jawabnya meyakinkanku.
“Dimana
Lisa?” tanyaku penasaran.
“Sudahlah
tenang saja, aku jamin kamu pasti seneng dan nanti kamu aku kenalin sama
seseorang yang pasti kamu suka”.
Aku masih tak
mengerti apa yang di maksut Lisa, dan aku hanya bisa menurutinya dan berharap
yang dikatakanya benar adanya. Setelah sampai di tempat yang Lisa maksut,
tempatnya memang ramai dan banyak sekali orang disana namun suasananya tidak
seperti bar atau semacam kehidupan malam seperti yang aku khawatirkan dan ini
seperti pesta taman yang di adakan di malam hari. Dan lamunanku terpecah saat
Lisa datang dengan seseorang di sampingnya.
“Ana,
ini yang aku bilang tadi ke kamu kenalin namanya Can tapi biasanya aku
memanggilnya ceking sih”, ucap Lisa sambil cengengesan.
“Senang
bertemu denganmu Ana, apa Lisa juga seperti itu kalau sama kamu”, jawabnya
sambil menjabat tanganku.
“Haha,
ya sudahlah kalian terusin kenalanya aku masih ada sedikit urusan disana”,
jawabnya sambil meninggalkanku berdua dengan Can.
“Gimana
kalau kita duduk disana, karena disini terlalu dekat dengan speaker”, ajaknya
karena di tempatku berdiri memang terlalu dekat dengan speaker.
“Boleh”,
jawabku singkat dengan lembut.
“Lisa
sudah banyak cerita tentangmu, dan aku kagum denganmu karena kamu orang yang
kuat”, ujarnya sambil tersenyum manis.
Apa saja yang
telah Lisa ceritakan pada Can dan sepertinya Can sudah tahu banyak tentang aku.
Tapi sepertinya Can orang yang baik, nada bicaranya yang sopan, sikapnya yang
baik dan di tambah senyumnya yang manis entah kenapa aku bisa langsung akrab
dengannya yang padahal baru aku kenal. Rasa sepiku sedikit – sedikit mulai
luntur karena kehadiran Can di dalam hidupku.
Handfoneku berdering dan ternyata
Lisa yang menelfon, aku bergegas mengangkatnya karena mungkin ada suatu hal
yang penting yang mau Lisa bicarakan.
“ Ana kamu kemana saja?” tanyanya.
“Ada apa Lisa?” tanyaku
kebingungan.
“Malam
minggu Ceking bawa bunga ke rumahmu, di jalan hujan turun dan sampai sana pintu
pagarmu tertutup Ana.” Ucapnya dengan panjang lebar.
“Ya
ampun, aku nggak tahu Lis kalau Can mau datang jadi malam minggu itu aku lagi
keluar dan kejebak di mall gara – gara hujan lebat Lis”, aku berusaha
menjelaskanya pada Lisa.
“Lebih
baik sekarang kamu temuin Ceking dan jelasin ke dia”, perintah Lisa.
“Iya
Lis aku akan bilang ke Can, makasih Lis”, jawabku sambil buru – buru menutup
telfon.
Aku mengajak Can bertemu malam ini
di tempat aku pertama kali bertemu denganya, aku ingin menjelaskan tentang
malam minggu itu.
“Can
maafkan aku, aku nggak tahu kalau kamu akan datang malam itu”, ucapku merasa
bersalah kepadanya.
“Tak
apa Ana, sebenarnya aku ingin memberimu sebuah kejutan dengan datang ke rumahmu
tanpa memberi tahumu terlebih dahulu”, jawab Can dengan lembut tanpa melupakan
senyum manisnya.
“Sekali
lagi maafkan aku Can, dan Lisa bilang kamu datang dengan membawa bunga, bunga
untuk apa?” tanyaku.
“Sebenarnya
aku ingin mengungkapkan isi hatiku yang aku pendam selama ini padamu Ana, aku
menyukaimu semenjak Lisa menceritakan cerita tentangmu dan sekarang kamu telah
ada di depanku”, ungkapan isi hatinya yang tidak pernah aku duga.
Can memang mampu menjadi pelangi di
hidupku, menjadi sosok terang dalam kegelapan yang dapat merubah keadaan
hidupku dan menjadi semangat baru untukku J.
F : Nidea Nur
Sasliniar
T : @nidea_dea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar